7.04.2010

"Picky Eater" Bisa Disebabkan Oleh Neophobia


KOMPAS.com - Picky eater adalah istilah yang diberikan pada anak yang susah makan, atau hanya suka makanan jenis tertentu saja. Kesulitan makan pada anak dapat menyebabkan anak akan kekurangan mikro dan makronutrien yang pada akhirnya dapat mengganggu pertumbuhan fisik, juga kognitif. Penyebabnya beragam, dari mulai meniru pola makan lingkungan terdekatnya yang juga pilih-pilih makanan, infeksi, masalah di perncernaan anak, hingga faktor psikologis.

Memasuki 1-2 tahun, kemauan anak untuk mencoba jenis makanan baru yang berbeda akan menurun. Kondisi ini sering disebut dengan neophobia, atau ketakutan untuk mencoba segala sesuatu yang baru yang biasanya muncul di usia-usia awal seorang anak. Mereka ini menolak jenis makanan tertentu. Mereka hanya menyukai rasa tertentu, dan hanya menyantap sejumlah kecil makanan yang tentu tak sebanding dengan kebutuhan tubuh mereka.

Umumnya, perilaku neophobic ini akan menghilang begitu anak dewasa. Pada saat itu, anak akan mulai terekspos oleh banyak hal-hal baru, sehingga sedikit demi sedikit mereka akan menjadi tidak takut lagi terhadap apa-apa yang baru yang tidak mereka kenal dan coba sebelumnya, termasuk makanan.

Picky eater yang terus menerus juga bisa merupakan proses atau reaksi emosional anak terhadap orangtuanya. Seringnya anak menerima ancaman atau hukuman karena menolak makan atau pengalaman yang tidak menyenangkan saat anak mulai mengenal makanan padat, dapat membuatnya menjadi anak dengan keluhan sulit makan. Hubungan yang tidak sesuai dan tidak harmonis antara anak dan orang di sekitarnya atau antara anak dengan kondisi lingkungan ini akan menimbulkan reaksi penolakan secara psikologis berupa gangguan makan pada anak tersebut.




Anak Anda sulit makan? Jangan dianggap sepele. Jika berat tubuhnya tidak bertambah sesuai batas rata-rata anak seusianya, orangtua tak perlu terlalu khawatir, namun tetap harus diperkenalkan dengan gizi seimbang. Namun, bila nafsu makan anak menurun, harus dicari tahu penyebabnya. Apakah karena ada masalah pada pencernaan, atau hal lainnya.

Problema makan pada anak bisa berakibat buruk pada tumbuh kembangnya. Sedikitnya makanan yang masuk ke dalam perutnya bisa menjadi indikasi bahwa anak berpeluang menderita kurang gizi. Indikator status kurang gizi dicerminkan oleh berat badan atau tinggi badan di bawah standar.

Bisa disiasati
Jika kebiasaan anak memilih makanan bukan karena masalah penyakit, yang paling mudah adalah dengan mengevaluasi menu yang dibuat untuk anak, jangan memasak yang itu-itu saja, variasikan menu makanan untuk anak, cari resep-resep dari buku-buku, koran, majalah, dan internet. Orangtua harus turun tangan mencoba sendiri resep-resep tersebut.

Orangtua seharusnya menyediakan makanan yang mengandung energi, karbohidrat, lemak, dan protein, serta vitamin. Tanpa vitamin, maknaan yang diasup tidak akan optimal diubah menjadi energi. Seluruh faktor ini diperlukan untuk pembentukan otot, tulang, sel-sel organ, serta membantu penghantaran informasi di otak.

Kalsium dan protein merupakan zat gizi kunci untuk pertumbuhan fisik anak karena sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tulang dan otot. Protein juga dibutuhkan untuk perkembangan fungsi otak sehingga dapat meningkatkan fungsi kognitif anak.

Picky eater sendiri sebetulnya bisa disiasati. Kuncinya ada pada orangtua dan pengasuh anak. Misalnya, sejak anak berusia 6 bulan, orangtua atau pengasuh anak mulai memberikan makanan padat. Nah, masa perkenalan ini harus terus-menerus dicoba dan dilakukan. Jangan misalnya baru sekali anak menolak makan sayur, terus tidak dicoba lagi. Bisa jadi, pada upaya yang kelima, baru anak mau makan sayur. Orangtua juga harus kreatif mencari pengganti dari jenis makanan yang tidak disukai anak. Pola makan seimbang mengharuskan adanya karbohidrat, protein, lemak, ditambah sayuran dan buah. Kalau anak tidak mau makan nasi, bisa diganti dengan roti, kentang, atau pasta. Itu untuk karbohidratnya.

Atau kalau anak enggak suka ikan, bisa diganti daging dan sebagainya. Siasati juga penyajian makanan untuk si kecil. Misalnya, membuat sendiri bakso, kemudian di dalamnya dimasukkan wortel atau brokoli yang sudah dihancurkan dengan blender.

Perhatikan pula jam makan anak, jangan memberikan susu atau selingan makanan yang manis-manis mendekati waktu makan. Buat jadwal yang teratur dari pagi menjelang tidur, dengan antara 2-3 jam. Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanannya. Mungkin dia sudah merasa kenyang.

Jangan lupa, jadikan waktu makan sebagai hal yang menyenangkan serta selalu memberikan contoh pola makan yang baik.


Selengkapnya..

Menjadi Orang Tua Super © 2008. Template by Dicas Blogger.

TOPO