1.25.2009

MENGAJARKAN MINTA MAAF


Minta maaf atau menyesal terlalu rumit dilakukan anak-anak, karena menurut Grady, MC, NCC., pakar konseling anak, di usia batita anak sedang berada pada fase egosentris dan belum mampu melihat permasalahan dari sudut pandang orang lain. Baginya selama sesuatu tidak membuatnya kecewa, tidak mengusik barang-barang yang sedang digunakannya, berarti tidak ada masalah. Jadi kalaupun ia menumpahkan sirop ke baju tamu mamanya, merusakkan mainan, membuat adiknya menangis, itu bukan masalah.

PEMBIASAAN DULU
Tentu saja hal ini tak bisa dibiarkan begitu saja, anak tetap harus diajarkan minta maaf, "Terlepas dari mengerti atau tidak, anak tetap harus dibiasakan untuk minta maaf saat melakukan kesalahan. Yang penting pembiasaannya dulu, seiring dengan bertambahnya usia, ia akan mengerti konsep maaf," kata Anna Surti Ariani, Psi., yang berpraktik di beberapa tempat konseling psikologi di Jakarta.
Pembiasaan ini penting agar anak kelak memperoleh manfaatnya, antara lain:
* Mengeluarkan diri dari rasa bersalah
Pada prinsipnya minta maaf adalah cara seseorang mengeluarkan diri dari rasa bersalah. Dengan meminta maaf diharapkan seseorang menyadari kesalahan dan muncul tekad untuk tidak mengulanginya lagi. Meski konsep ini masih sulit dipahami batita, tapi seiring dengan bertambahnya usia ia akan mengerti.
* Melepas ketegangan
Bagaimanapun suasana menjadi tidak nyaman saat ada seseorang melakukan kesalahan. Umpamanya, Nouval yang menumpahkan sirop ke baju tamu, sejenak pasti muncul ketegangan, si tamu terpekik kaget, sang mama sibuk mengambil tisu dan tergopoh-gopoh minta maaf. Meski mungkin belum mengerti tapi anak tetap bisa merasakan ketegangan suasana. Nah, dengan minta maaf, segalanya bisa cair kembali. Anak pun akan mengamati, mamanya yang tadi cemberut setelah mendengar ia mengucapkan, "maaf," bisa tersenyum kembali.
* Memperbaiki hubungan dengan orang yang tersakiti
Dengan minta maaf anak mempunyai "pintu" untuk memperbaiki hubungannya dengan orang yang tersakiti. Contoh, ia tak sengaja merusak mainan temannya, setelah minta maaf sang teman mau bermain lagi dengannya.


4 LANGKAH SEDERHANA
Untuk mudahnya, berikut 5 langkah sederhana cara membiasakan batita minta maaf:
1. Contoh langsung
Contohkan bagaimana seharusnya kata maaf diucapkan. Misal, orangtua tak sengaja menumpahkan susu anak, katakan, "Maaf ya, Sayang, Mama tidak sengaja menumpahkan susumu." Begitu juga dengan kesalahan lain yang dilakukan. Dengan demikian diharapkan anak terbiasa melihat orang-orang terdekatnya mengucapkan maaf manakala melakukan kesalahan.
2. Tunjukkan penyesalan dengan bahasa tubuh
Lakukan kontak mata saat mengucapkan kata maaf, sehingga anak bisa merasakan penyesalan yang mengiringi permintaan maaf itu. Menggenggam tangan, memeluk erat, atau mencium juga akan dicontoh anak saat orangtua minta maaf dengan bahasa tubuh seperti itu. Namun sebagai catatan, tegaskan padanya bahwa pelukan dan ciuman penyesalan hanya boleh diberikan pada papa/mama/kakak/adik, sedangkan untuk teman/saudara/orang lain cukup dengan bersalaman. Bahasa tubuh juga efektif untuk batita yang komunikasi verbalnya belum lancar sehingga belum bisa mengucapkan kata maaf.
3. Dorong supaya bertanggung jawab
Selain mengucapkan maaf, minta anak untuk "bertanggung jawab" atas kesalahan yang dilakukannya. Umpama, ia menyenggol temannya sampai jatuh. Nah setelah minta maaf, jika temannya terluka, minta si kecil menyodorkan tisu/plester. Ini sebagai bagian dari pembelajaran tentang tanggung jawab atas kesalahan yang dilakukan.
4. Berikan apresiasi

HAL-HAL PENTING

Setelah anak mengucapkan kata maaf, berikan apresiasi dalam bentuk pujian, seperti, "Wah, pintar, kamu sudah bisa minta maaf." Hal tersebut sekaligus sebagai penguatan bahwa yang dilakukannya sudah benar dan perlu diulanginya lagi di lain kesempatan.
Selain cara, orangtua juga harus mengajarkan kapan kata maaf itu diucapkan, yakni saat menyusahkan orang lain, mencelakai orang lain, melanggar janji, melakukan hal-hal yang sudah dilarang, melakukan hal-hal yang tidak disukai orang lain, dan sebagainya. Dengan begitu, yang ditekankan adalah pesan untuk tidak mengulangi kesalahan, bukan semata-mata minta maaf tanpa mengerti alasannya.
Apa jadinya kalau anak yang bersalah tidak dibiasakan meminta maaf?

  • Anak tidak disukai dalam pergaulannya karena tidak biasa minta maaf setelah melakukan kesalahan. Ini akan berakibat pada perkembangan sosialnya. Apalagi kalau sikap masa bodoh ini terbawa sampai usia dewasa.
  • Perkembangan emosinya tidak optimal karena dengan tidak mengakui kesalahan, ia tidak bisa menilai dirinya secara pas.

2 Comentários:

AGUS SETYADI mengatakan...

Baca tulisan ini, banyak yang mesti saya perbaiki terutama komunikasi terhadap anak. makasih

Tri Gozali mengatakan...

makasih kang agus

Posting Komentar

Menjadi Orang Tua Super © 2008. Template by Dicas Blogger.

TOPO